HUJAN
BULAN JUNI
Sapardi
Djoko Damono
tak
ada yang lebih tabah
dari
hujan bulan Juni
dirahasiakannya
rintik rindunya
kepada
pohon berbunga itu
tak
ada yang lebih bijak
dari
hujan bulan Juni
dihapusnya
jejak-jejak kakinya
yang
ragu-ragu di jalan itu
tak
ada yang lebih arif
dari
hujan bulan Juni
dibiarkannya
yang tak terucapkan
diserap
akar pohon bunga itu
SIHIR
HUJAN
Sapardi
Djoko Damono
Hujan
mengenal baik pohon, jalan, dan selokan -- swaranya bisa
dibeda-bedakan;
kau
akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.
Meskipun
sudah kau matikan lampu.
Hujan,
yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon,
jalan,
dan selokan
-
- menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh waktu
menangkap
wahyu yang harus kaurahasiakan
YANG
FANA ADALAH WAKTU
Sapardi
Djoko Damono
Yang
fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut
detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai
pada suatu hari
kita
lupa untuk apa.
"Tapi,
yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.
AKU
INGIN
Sapardi
Djoko Damono
Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan
kata yang tak sempat diucapkan
kayu
kepada api yang menjadikannya abu
Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan
isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
TAHAJJUD
CINTAKU
Emha
Ainun Najib
Mahaanggun
Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung
ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah
yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan
hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali
kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran
adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan
kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang
bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke
mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan
hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggun
Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi
ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan
kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian
tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
BEGITU
ENGKAU BERSUJUD
Emha
Ainun Najib
Begitu
engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang
kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap
kali engkau bersujud, setiap kali
pula
telah engkau dirikan masjid
Wahai,
betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah
kau bengun selama hidupmu?
Tak
terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi,
menembus langit, memasuki alam makrifat
Setiap
gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama
masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap
lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha
Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap
butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke
piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan
setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta
kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
KATA
Subagyo
Sastrowardoyo
Asal
mula adalah kata
Jagat
tersusun dari kata
Di
balik itu hanya
ruang
kosong dan angin pagi
Kita
takut kepada momok karena kata
Kita
cinta kepada bumi karena kata
Kita
percaya kepada Tuhan karena kata
Nasib
terperangkap dalam kata
Karena
itu aku
bersembunyi
di belakang kata
Dan
menenggelamkan
diri
tanpa sisa
DOA
Amir
Hamzah
Dengan
apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan
senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik,
setelah
menghalaukan panas payah
terik.
Angin
malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung
rasa
menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku
terang menerima katamu, bagai bintang memasang
lilinnya.
Kalbuku
terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam
menyiarkan
kelopak.
Aduh,
kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku
dengan
cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar
gelakku
rayu!
0 comments:
Post a Comment